Kamis, 20 Mei 2010

ASUHAN KEBIDANAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perawatan nifas merupakan perawatan lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan anak. Nifas dalam bahasa Indonesia kemungkinan diambil dari bahasa Arab, yaitu suatu istilah yang dipergunakan untuk kaum ibu setelah melahirkan.
Waktu tertentu setelah melahirkan ini mendapatkan istilah khusus. Karena dalam waktu ini seorang ibu memerlukan perawatan, bantuan dan pengawasan demi pulihnya kesehatan seperti sebelum melahirkan.
Dalam bahasa Latin waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu berasal dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Yang dimaksudkan dengan istilah nifas di dalam bahasa Indonesia ialah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali.
Memulihkan kesehatan kembali disini tidak berarti mengembalikan kesehatan umum saja yang dapat dikatakan mendapat gangguan sehingga kesehatan umum itu menurun selama ibu hamil dan waktu melahirkan, akan tetapi pada waktu ini terjadi pula pengembalian organ yang mengalami perubahan pada waktu kehamilan, terutama alat kelamin bagian dalam.
Alat kelamin bagian dalam yang akan kembali seperti keadaan dan fungsi semula ialah rahim atau uterus dan indung telur atau ovarium. Dalam kehamilan, uterus ini menjadi lebih besar hingga dapat memberi tempat bagi janin, uri dan air ketuban. Sedangkan ovarium pada masa kehamilan mengalami perubahan yang berhubungan dengan fungsinya. Apabila fungsi ovarium yang semula memasakkan sel-sel telur yang disebabkan pula karena pengaruh hormon, kehamilan yang mempengaruhi hormon-hormon lain, sehingga tidak mempengaruhi kematangan sel telur. Dalam masa nifas, rahim dan ovarium mengalami perubahan lagi sehingga kembali ke dalam keadaan dan fungsinya semula. Bagaimana proses kembalinya uterus dan ovarium ini akan diuraikan dalam hal fisiologis nifas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa Akademi Kebidanan diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut metode Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa kebidanan dapat menerapkan manajemen Varney dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan pengkajian (pengumpulan data) pada klien dengan nifas fisiologis.
b. Menentukan identifikasi masalah (diagnosa) pada klien dengan nifas fisiologis.
c. Melakukan dan menentukan antisipasi masalah potensial pada klien dengan nifas fisiologis.
d. Menentukan identifikasi kebutuhan segera pada klien dengan nifas fisiologis.
e. Menentukan rencana asuhan kebidanan disertai rasionalisasi dan intervensi yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan pada klien dengan nifas fisiologis.
f. Mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan pada klien dengan nifas fisiologis.

1.3 Batasan Masalah
Mengingat waktu dan kemampuan penulis yang terbatas, maka penulis membatasi penulisan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan nifas fisiologis di RB ANUGRAH SURABAYA

1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Studi Kepustakaan
Dalam penyusunan Laporan ini sebagai pedoman maka penyusun membekali diri dengan mempelajari litaratur-literatur yang berkaitan dengan perawatan ibu nifas fisiologis.
1.4.2 Praktek Langsung
Penyusun melakukan observasi, melaksanakan asuhan kebidanan, mengevaluasi, memantau keadaan penderita sampai dengan penderita pulang.
1.4.3 Bimbingan dan Konsultasi
Dalam penyusunan Laporan ini penyusun melakukan konsultasi dengan para pembimbing.

1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Puerperium
2.2 Perubahan-perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.3 Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
2.3.1 Tujuan Asuhan Masa Nifas
2.3.2 Perawatan dalam Masa Nifas
2.3.3 Kunjungan pada Masa Nifas
2.4 Adaptasi Post Partum
2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.5.1 Pengertian
2.5.2 Tujuan
2.5.3 Manajemen Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Pengembangan Rencana
3.6 Catatan Perkembangan
3.7 Rencana Pulang
BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Sastrawinata, 1989:315)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Saifudin, 2001:122)

2.2 Perubahan-perubahan Fisiologis Masa Nifas
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis yaitu :
1) Involusi Rahim
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
Fundus uteri + 3 jari di bawah pusat.
Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke-10 tidak teraba lagi dari luar.
Setelah 6 minggu tercapai lagi ukurannya yang normal.
Sesudah plasenta lahir, beratnya rahim 1.000 gram, seminggu kemudian 500 gram, 2 minggu post partum 375 gram dan pada akhir puerperium 50 gram. Involusi terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan oleh proses autolysis, yang mana zat protein dinding rahim pecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang dengan air kencing. Sebagai bukti dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen dalam air kencing sangat tinggi. Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum spongiosum yang tinggal menjadi netroktis, sedang lapisan bawahnya yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik. Bagian yang netroktis dikeluarkan dengan lochea, sedangkan lapisan yang tetap sehat menghasilkan endometrium yang baru.
Epitel baru terjadi dengan proliferasi sel-sel kelenjar, sedangkan stroma baru dibentuk dari jaringan ikat diantara kelenjar-kelenjar. Epitelisasi siap dalam 10 menit, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu 3 minggu.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan (after pain) terutama pada multi para.

Proses Involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
Plasenta lahir
7 hari (1 minggu)
14 hari (2 minggu)
42 hari (6 minggu)
56 hari (8 minggu) Sepusat
Pertengahan pusat symfisis
Tidak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal 1.000 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Manuaba, 1998:192)
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
(1) Lochea rubra (kruenta)
~ 1-3 hari, berwarna hitam dan merah.
~ Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, sisa darah.
(2) Lochea sangunolenta
~ 3-7 hari.
~ Berwarna putih bercampur darah.
(3) Lochea serosa
~ 7 sampai 14 hari.
~ Berwarna kekuningan.
(4) Lochea alba
~ Setelah hari ke 19.
~ Berwarna putih.
Perubahan patrun (pengeluaran lochea) menunjukkan keadaan yang abnormal, seperti :
~ Perdarahan berkepanjangan.
~ Pengeluaran lochea tertahan (lochea statika).
~ Lochea purulenta, berbentuk nanah.
~ Rasa nyeri yang berlebihan.
~ Dengan memperhatikan bentuk perubahan, dapat diduga.
~ Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan.
~ Terjadi infeksi intra uterine.
2) Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung pembuluh darah besar tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi bekas luka plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara yang luar biasa ialaha dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru. Di bawah permukaan luka, endometrium tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
3) Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus mengecil lagi dalam nifas. Orang menduga bahwa pembuluh-pembuluh yang besar tersumbat karena perubahan-perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang lebih kecil.
4) Perubahan pada Cervix dan Vagina
Beberapa hari setelah persalinan, ostium exterrum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan.
Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja dan di lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis servikalis pada servik terbentuk sel-sel otot baru. Karena hiperplasi ini dan karena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.
Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang dari serviks. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan lambat laun mencapai ukuran-ukurannya yang normal.
Pada minggu ketiga post partum rugae mulai tampak kembali.
5) Dinding Perut dan Peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi bisa pulih kembali dalam 6 minggu.
Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastosis dari otot-otot rectus abdominus sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
6) Saluran Kencing
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hiperdemia. Kadang-kadang oedema dari trigonium, menimbulkan obstruksi dari urethra sehingga terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing penuh dan sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi, dilatasi ureter waktu dan belum normal kembali dalam waktu 2 minggu.
7) Laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi yang terletak radial dan terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobulus mempunyai saluran halus untuk menghasilkan air susu.
Saluran-saluran yang halus ini bersatu menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat menuju ke puting susu dimana masing-masing bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.3.1 Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah-masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, perawatan payudara, pemberian imunisasi pada bayi, perawatan bayi sehat dan keluarga berencana.
4) Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi. (Sarwono, 2002:122)
2.3.2 Perawatan dalam Masa Nifas
1) Mobilisasi dini (Early mobilization)
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi, persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka.
 Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan :
(1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
(2) Mempercepat involusi alat kandungan.
(3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.
(4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan makanan yang mengandung protein banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan secepatnya. Kadanng-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m. sphincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 2-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras, dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal, jika masih belum bisa dilakukan klisma.
5) Perawatan payudara (Mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
6) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan), sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma, yaitu :
~ Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah.
~ Keluaran cairan susu jolong dari duktus lactifesus disebut colostrum berwarna kuning putih susu.
~ Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
~ Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
7) Cuti hamil dan bersalin
Menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.
8) Pemeriksaan pasca persalinan
Meliputi :
(1) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
(2) Keadaan umum : suhu badan, selera makan dan lain-lain.
(3) Payudara : ASI, puting susu.
(4) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
(5) Sekret yang keluar, misalnya lokea, fluor albus.
(6) Keadaan alat-alat kandungan.
2.3.3 Kunjungan pada Masa Nifas
 Kunjungan 1 : 6-8 jam setelah persalinan
Tujuan : 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
 Kunjungan 2 : 6 hari setelah persalinan
Tujuan : 1) memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetao hangat dan merawat bayi sehari-hari.
 Kunjungan 3 : 2 minggu setelah persalinan
Tujuan : 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
 Kunjungan 4 : 6 minggu setelah persalinan
Tujuan : 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.4 Adaptasi Post Partum
1) Konsep Dasar
(1) Periode post partum menyebabkan stres emosional meningkat terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat.
(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum adalah :
~ Respon dan dukungan dari keluarga dan teman.
~ Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi.
~ Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu.
~ Pengaruh budaya.
(3) Periode ini diuraikan oleh Robin menjadi 3 tahap, yaitu :
~ Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran pada tubuhnya.
~ Ia mungkin akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
~ Tidur tanpa gangguan sangat penting bila ibu ingin mencegah gangguan tidur, pusing, interference dengan proses pengembalian ke keadaan normal.
~ Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah, kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
(4) Periode Taking Hold
~ Periode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum, ibu ingin menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap janin.
~ Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK, BAB, kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
~ Ibu berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan bayi misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok.
Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mampu dalam melakukan hal-hal tersebut, cenderung menerima nasehat bidan / dokter karena ia terbuka menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
(5) Periode Letting go
~ Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
~ Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
~ Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.5.1 Pengertian
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus pada klien. (Varney, 1997)
Asuhan ibu post partum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran. (PPKC, 2004)
2.5.2 Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan berstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan.
Hasil yang diharapkan :
Terlaksananya asuhan segera / rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.
2.5.3 Manajemen Asuhan Kebidanan
1) Pengumpulan data (Pengkajian)
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu, terdiri dari :
Anamnesa
Biodata
~ Nama : nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien lain. (Cristina I, 1984:84)
~ Umur : - Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. (Sarwono, 1999:23)
~ Semua wanita usia subur 20-30 tahun saat yang tepat untuk persalinan dengan jarak > 2 tahun merupakan masa reproduksi yang sehat. (Depkes RI, 1993:23)
~ Pendidikan : makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi makin tinggi sehingga perlu diberi penyuluhan. (Depkes RI, 1993:30)
~ Pekerjaan : pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat kita sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin. (Cristina I, 1989:85)
~ Paritas : paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. (Sarwono, 1999:23)
~ Perkawinan : berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak mahal). (Sulaiman, 1983:155)
~ Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal di mana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama. Agar dapat dipastikan ibu yang mana yang hendak ditolong untuk kunjungan pasien. (Cristina, 1989:84)
~ Keluhan utama : keluhan yang dirasakan klien misalnya nyeri perut bagian bawah, berkeringat dingin, kepala pusing, kelelahan. (Cristina, 1980:87)
~ Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga, terutama :
- Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular (TBC, hepatitis).
- Penyakit keluarga yang dapat diturunkan (jantung).
- Keturunan hamil kembar.
Informasi ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya. (Depkes RI, 1993:65)
~ Riwayat kesehatan
 Ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi perlu ditentukan pimpinan persalinan dan kemungkinan bisa menyebabkan transient hipertension.
 Ibu hamil dengan riwayat penyakit TBC akut kemungkinan bisa menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular pada bayi.
 Ibu dengan riwayat DM mempunyai pengaruh terhadap persalinannya dan bayi bisa cacat bawaan, janin besar.
 Ibu menderita hepatitis kemungkinan besar bayi akan tertular melalui ASI. (Sarwono, 1999:401)
~ Riwayat kebidanan
 Haid
Menarche pada umur pubertas 12-16 tahun, selama haid siklus teratur 28-35 hari, lama 3-7 hari, dengan pengeluaran darah + 50-70 cc ibu tidak mengalami gangguan haid. (Sarwono, 1999:103)
 Riwayat kehamilan dahulu
Ibu mengatakan pada kehamilan yang lalu tidak ada penyulit, periksa ANC minimal 4 kali, imunisasi 2 kali pada umur kehamilan 4-7 bulan. Tanggang waktu pemberian 4 minggu, mendapat obat Fe minimal 90 tablet dan vitamin B complex serta yodium, ibu mendapat penyuluhan perawatan payudara dan senam hamil, nutrisi. (Depkes RI, 2002:8)
 Riwayat persalinan yang lalu
Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta previa yang kemungkinan dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang, hingga dapat mempengaruhi nifas.
 Riwayat nifas yang lalu
Adanya penyakit nifas yang lalu (perdarahan, febris, kemungkinan terjadi penyulit pada nifas sekarang, misalnya : syok pada masa nifas seperti syok haemoragik, syok kardiogenik, infeksi pada nifas), lactasi keluar lancar, menyusui anak sampai umur 2 tahun.
~ Riwayat kehamilan / persalinan sekarang
 Kehamilan sekarang
(1) ANC minimal 4 kali selama hamil.
Trimester I : 1 kali
Trimester II : 1 kali sebulan
Trimester III : 2 kali
Optimalnya ANC setiap :
Umur kehamilan 3 - 6 bulan : 1 bulan sekali.
Umur kehamilan 6 - 8 bulan : 2 minggu sekali.
Umur kehamilan 9 bulan : 1 minggu sekali.
Ibu hamil rutin periksa dapat diketahui hamil mendapatkan Fe 90 tablet, B complex, kalsium, yodium, selama kehamilan imunisasi selama hamil 2 kali dengan jarak pemberian 4 minggu, setelah mendapat penyuluhan, perawatan payudara, senam hamil, nutrisi, ibu merasakan pergerakan anak mulai umur kehamilan 5 bulan. (Modul 2, 2002:8)
(2) Komplikasi
- Pusing kemungkinan ibu menderita anemei yang bsia menyebabkan perdarahan post partum.
- Kejang kemungkinan gejala eklamsi yang bisa menimbulkan gawat janin dan ibu.
- Ibu tanpa komplikasi persalinan akan berlangsung dengan lancae. (Modul 2, 2002:8)
 Riwayat persalinan
Riwayat persalinan secara normal, spontan belakang kepala, ditolong bidan.
Kala I
- Untuk primigravida berlangsung + 12,5 jam kontraksi yang sebelumnya tidak teratur menjadi teratur lebih lama dan kuat sehingga pembukaan menjadi lengkap 10 cm.
- Untuk multi berlangsung 7 jam 20 menit.
Bayi multi para fase laten mengamil waktu 5-6 jam sedangkan persalinan selanjutnya hanya membutuhkan waktu 1 jam. (APN, 2003:2-2)
Kala II
Primi berlangsung 60 menit dan multi 30 menit dengan his menjadi lebih kuat, kontraksinya 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit. (Sulaiman, 1983:264)
Kala III
Primigravida berlangsung 10 menit, multi gravida berlangsung 10 menit.
Kala IV
Berlangsung 1 jam setelah plasenta lahir. (Sulaiman, 1983:264)
~ Pola kebiasaan sehari-hari
Selama nifas ibu mengalami perubahan pemenuhan nutrisi yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori per hari, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
(1) Eliminasi
Anjurkan ibu BAK dan BAB teratur untuk memperlancar kontraksi uterus.
(2) Istirahat
Selama nifas ibu dianjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam produksi ASI yang berkurang, memperlambat involusio uterus dan memperbanyak perdarahan dan menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
(3) Personal hygiene ibu nifas untuk mencegah terjadinya infeksi karena masuknya kuman-kuman penyakit pada luka-luka jalan lahir.
(4) Aktifitas
Kebijaksanaan untuk ibu nifas untuk selekas mungkin membimbing penderita kelaur dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
(5) Sexual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
(Anonim, 2002:n27)

Data Objektif
~ Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Kesadaran
 Status gizi :
- TB ibu lebih dari 145 cm, bila kurang curiga kesempitan panggul.
- Kenaikan BB selama hamil 6,5 – 16 kg rata-rata 12,5 kg.
- Tanda vital :
Suhu : normal, lebih dari 280 C kemungkinan infeksi.
Nadi : normal, kurang dari 100 x/menit, bila lebih dari 100 x/menit dan urine pekat, kemungkinan ibu dehidrasi, suhu lebih dari 380 C menandakan infeksi.
Tekanan darah : normal kurang dari 140/90 mmHg, lebih dari 140/90 mmHg sampai dengan 160/110 mmHg menandakan preeklamsi ringan.
Pernafasan ibu bersalin dengan pernafasan pendek. Hal ini dikarenakan kelelahan dan kesakitan, bila mendapat pernafasan pendek, tidak teratur, maka kemungkinan hipoksia / cyanosis. (Cristina, 1989:45)
~ Pemeriksaan fisik
 Inspeksi dan palpasi
Payudara : puting susu pecah atau tidak, pendek, rata, adanya nyeri tekan, abses, pembengkakan / ASI berhenti dan pengeluaran ASI.
Perut/uterus : posisi uterus/tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, ukuran kandung kemih.
Vulva/perineum : pengeluaran lokea, penjahitan laserasi atau luka episiotomi, penmbengkakan, perdarahan , luka haemorrhoid.
Ekstremitas : varices, betis apakah lemah dan panas, eclema, tanda homan.
2) Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu post partum
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post partum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.
Contoh :
- Post paertum hari pertama.
- Perdarahan nifas.
- Sub involusio.
- Anemia post partum.
- Pre eklamsi.
- Post sectio caesaria.
Masalah :
- Ibu kurang informasi.
- Ibu tidak pernah ANC.
- Sakit pada luka episiotomi.
- Keluhan mulai yang mengganggu rasa nyaman.
- Buah dada bengkak dan sakit.
Kebutuhan :
- Penjelasan tentang pencegahan infeksi.
- Tanda-tanda bahaya.
- Kontak dengan bayi sesering mungkin (Bonding and attachment).
- Penyuluhan perawatan buah dada.
- Bimbingan menyusu.
- Penjelasan tentang metode KB.
- Imunisasi bayi.
- Kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan dapat membahayakan.
3) Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasikan dan merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
(1) Diagnosa potensial
- Hipertensi post partum
- Anemia post partum
- Subinvolusio
- Perdarahan post partum
- Febris post partum
- Infeksi post partum.
(2) Masalah
- Potensial bermasalah dengan ekonomi.
- Sakit pada luka bekas episiotomi.
- Nyeri kepala.
- Mules.
Antisipasi tindakan :
- Supaya tidak terjadi anemia, diberi tablet besi.
- Ibu dianjurkan menabung agar tidak bermasalah dengan pembiayaan.
4) Identifikasi dan menetapkan tindakan segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
- Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
- Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan. Lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya tiba-tiba kontraksi uterus itu kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda-tanda sisa plasenta, segera berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan kuretage.
5) Membuat rencana asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
 Perencanaan
Dx : Nifas fisiologis 2 jam post aprtum dengan masalah kurangnya informasi tentang proses nifas pada ibu.
Tujuan : Ibu dapat mengerti tentang keadaan fisiologis dan tidak terjadi komplikasi pada masa nifas.
Kriteria : - Ibu mengerti tentang proses involusi dan laktasi.
- Kontraksi uterus baik.
- ASI lancar.
 Intervensi
(1) Lakukan pendekatan pada pasien secara therapeutik.
R/ Dengan pendekatan diharapkan dapat terjalin rasa percaya antara pasien dengan petugas kesehatan dan pasien dapat lebih kooperatif.
(2) Beri penjelasan pada pasien tentang proses masa nifas.
R/ Dengan penjelasan yang baik tentang proses masa nifas diharapkan pasien paham dan dapat beradaptasi dengan keadaannya saat ini.
(3) Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini.
R/ Dengan mobilisasi akan memperlancar pengeluaran lochea dan mempercepat involusi alat-alat kandungan.
(4) Berikan penyuluhan tentang personal hygiene.
R/ Dengan pengetahuan tentang personal hygiene dapat menghindari kuman dan mencegah infeksi.
(5) Anjurkan pada ibu tentang perawatan payudara.
R/ Dengan pengetahuan tentang perawatan payudara dapat membantu proses laktasi.
(6) Motivasi pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi.
R/ Dengan nutrisi yang baik dan bergizi kebutuhan kalori dapat terpenuhi sehingga keadaan ibu membaik.
(7) Anjurkan pada ibu untuk meneteki bayinya sesering mungkin.
R/ Dengan meneteki dapat mempercepat proses involusi dan menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
(8) Observasi keadaan umum ibu, kontraksi uterus, TFU dan lochea.
R/ Dengan observasi dapat mendeteksi dini adanya subinvolusio.
(9) Observasi jahitan perineum.
R/ Dengan observasi dapat mendeteksi dini kemungkinan infeksi.
(10) Observasi puerperium tiap hari.
R/ Dengan observasi puerperium dapat mendeteksi dini jika terjadi kelainan.
(11) Ajarkan kepada ibu teknik massase fundus uteri.
R/ Dengan masase fundus uteri dapat merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
6) Implementasi
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya.
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan segera secara efisien dan aman terhadap ibu post partum.
7) Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.


DAFTAR PUSTAKA


Ibrahim, Cristina, 1996, Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas) Jilid II, Jakarta : Bharata.

Manuaba, IBG, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri¸ Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul Bari, 2001, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : JNPKKR-POGI.

Sastrawinata, Sulaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung : UNPAD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar